*Oleh: Yakub F. Ismail*
Banyak yang tidak menyadari bahwa pemerintahan Prabowo Subianto dikejutkan dengan fenomena-fenomena di luar dugaan dan tebakan.
Sebut saja munculnya berbagai peristiwa kebijakan yang tidak disangka-sangka (Makan Bergizi Gratis, Pemeriksaan Kesehatan Gratis, efisisensi anggaran, hilirisasi SDA, Merger BUMN hingga pemberantasan korupsi yang masif).
Khusus untuk fenomena terakhir, sepanjang awal tahun 2025, pemberitaan nasional hampir tidak pernah sepi dari menyebarkan sejumlah kasus korupsi.
Bahkan di antara sederet kasus korupsi yang dibongkar, kerugian nyaris mencapai ribuan triliun. Praktik korupsi yang hampir tidak pernah terjadi sebelumnya.
Terbongkarnya kasus megakorupsi ini menimbulkan banyak kontroversi di kalangan publik. Ada yang beranggapan ini merupakan kado awal yang buruk bagi pemerintahan Prabowo-Gibran.
Sementara itu, penilaian lainnya terhadap fenomena ini menunjukkan adanya komitmen yang kuat dari seorang Prabowo untuk memberantas korupsi di Indonesia sampai ke akarnya.
Lalu, manakah yang benar di antara opini yang berkembang di masyarakat menanggapi fenomena maraknya kasus korupsi yang terkuak ke masyarakat?
*Diam Keringat*
Mencermati keterbelahan persepsi publik terkait indeks korupsi yang terjadi hari-hari ini bagi penulis sendiri lebih condong ke sisi optimistis atau positif.
Penulis menilai terungkapnya praktik korupsi di belakangan ini bukan berarti preseden buruk bagi pemerintahan Prabowo-Gibran, melainkan sebuah bukti nyata tegasnya kepemimpinan Prabowo dalam memerangi korupsi.
Jadi, penilaiannya tidak terbalik, bahwa ini merupakan situasi paradoks dari janji seorang Prabowo yang menumpas korupsi sampai ke akar-akar.
Akan tetapi, kondisi hari ini justru menunjukkan satu proses linearitas antara apa yang menjanjikan Prabowo sebelumnya (baca: melawan korupsi) dengan realitas lapangan yang terjadi di masa kepemimpinannya.
Prabowo adalah sosok yang tegas, santai, dan kalem dalam bertindak, namun hasilnya membuat publik tercengang.
Dan itu telah beliau buktikan pada awal masa menjabat sebagai presiden RI dengan berbagai kebijakan dan program yang digulirkan.
Prabowo adalah tipe pemimpin "diam itu emas" alias diam itu berharga. Prabowo tidak ingin koar-koar berteriak sana sini dalam memerangi korupsi.
Ia cukup membuktikan perkataannya dengan mengerahkan seluruh mesin pemerintahan untuk bertindak sesuai visi dan misi yang telah dicanangkan di awal.
Korupsi sebagai salah satu penyakit mematikan bagi pembangunan bangsa telah diamputasi sedemikian rupa oleh Prabowo melalui lembaga penegak hukum hari-hari ini.
Di awal tahun ini, Gebrakan Kejaksaan Agung RI dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) begitu masif terjadi.
Satu per satu kasus korupsi yang selama ini tidak pernah terungkap secara perlahan-pelan mulai terbongkar. Kalau bukan komitmen seorang Prabowo, ini mustahil terkuak.
Untuk itu, semua fenomena yang terjadi di belakangan adalah residu yang harus dibersihkan untuk memulai pemerintahan baru yang bersih dan berintegritas.
Dan, Prabowo kini mulai membuktikannya dengan memerintahkan seluruh aparat penegak hukum untuk bekerja mengungkap kasus-kasus korupsi yang ada.
*Banyak Kasus Besar Terbongkar*
Terbongkarnya sejumlah kasus korupsi besar mulai dari korupsi timah dengan kerugian mencapai Rp272 triliun, korupsi Lembaga Pebiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dengan kerugian menembus Rp11,7 triliun, korupsi dana iklan Bank BJB dengan kerugian mecapai Rp801miliar hingga korupsi tata kelola minyak mentah Pertamina yang menyentuh angka Rp968,2 triliun.
Apa yang bisa dimaknai dari peristiwa ini tak lain dan tak bukan, bentuk ketegasan seorang Prabowo di belakang layar yang tidak disadari banyak pihak.
Prabowo singkatnya bekerja dalam diam. Diam yang penuh keringat. Biarkan publik terbuka mata dengan melihat seabrek kebobrokan yang selama ini tertutupi dan baru terbongkar di masa kepemimpinannya.
Baru akhir-akhir ini Prabowo mencoba muncul ke publik untuk sekadar memberikan pesan peringatan kepada pihak-pihak yang mencoba memperkuat uang negara.
Ia dengan tegas mengecam mereka agar berpikir dua kali jika mencoba mencoba mencuri dana publik. Jika tidak ingin bernasib sama dengan mereka yang hari ini telah kedap air, maka harus bertindak disiplin dan sesuai dengan arahan presiden.
Prabowo bahkan tidak segan-segan mengatakan akan melakukan korupsi sampai ke akar-akar. Pernyataan ini harus diproses secara serius dan jeli.
Mengingat Prabowo sedang tidak main-main dengan praktik korupsi ini. Ia akan menyikat siapa saja yang mencoba abai dari perintah dan larangannya.
Kasus korupsi yang telah terbongkar cukup menjadi pesan penting Prabowo ke mereka yang belum terungkap dan yang akan coba dilawan.
"Jangan sampai". Bahasa ini penting sekali untuk ditanamkan dalam diri seorang pejabat publik ataupun mereka yang tertarik dengan anggaran publik.
Jika mereka masih menginginkan karir yang panjang, maka jangan coba-coba menuruti hawa nafsu dengan menilap uang negara. Ujungnya sudah bisa ditebak, tidak akan lama lagi menikmati udara segar dan kemewahan yang dimiliki.
*Penulis Adalah Ketua Umum Ikatan Media Online (IMO) Indonesia*