Iklan

POSInd Transformasi Menjadi Perusahaan Logistik Nasional Bidik Kue Pasar Rp 1.400 T

Rabu, 31 Juli 2024, Juli 31, 2024 WIB Last Updated 2024-08-01T05:19:19Z
masukkan script iklan disini
masukkan script iklan disini

 POSInd Transformasi Menjadi Perusahaan Logistik Nasional Bidik Kue Pasar Rp 1.400 T




JAKARTA – Manajemen PT Pos Indonesia bertujuan untuk dapat bertransformasi menjadi perusahaan logistik nasional. Hal ini dilakukan agar dapat menjalankan fungsi sebagai agen pembangunan dengan menurunkan biaya logistik nasional, sekaligus sebagai pencipta nilai dengan membatasi pasar logistik nasional yang bernilai hampir Rp 1.400 trililun.



“Semangat transformasi Pos Indonesia perusahaan logistik adalah menjadi orkestrator menuju solusi logistik nasional yang dapat mengakselerasi peningkatan daya saing logistik Indonesia. Kami melihat ada peluang untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan fokus ke portofolio logistik karena ukuran industri ini besar sekali, hampir Rp 1.400 triliun,” jelas Direktur Business Development dan Portfolio Management PosIND Prasabri Pesti dalam acara peluncuran buku Elephant Learns Flamenco: BUMN Menuju Indonesia Emas 2024, di Jakarta, Rabu (31/7).


Peluncuran buku yang dikemas dalam acara Indonesia Brand Forum 2024, turut serta turut serta Arief Yahya Menteri Pariwisata RI (2014-2019), Arya Sinulingga Staf Khusus III Menteri BUMN, Irfan Saputra Dirut Garuda Indonesia, Hery Gunardi Dirut BSI, Hambra Wakil Dirut Pelindo, Budi Setyawan Wijaya Direktur Strategic Portofolio Telkom Indonesia serta penulis Yuswohady selaku penggagas IBF.


Lebih lanjut Prasabri , demikian panggilannya, memaparkan, untuk menjadi aggregator logistik nasional, PT Pos Indonesia mengubah posisi strategi perusahaan berupa logo dari burung merpati menjadi PosIND yang merupakan singkatan dari Pos Indonesia Integrated National Distribution dengan tagline Logistik Indonesia. Langkah kedua adalah melakukan kerja sama strategis agar dapat menyasar dua target, yakni meningkatkan skalabilitas dengan meningkatkan nilai ekonomi melalui konsolidasi penyedia layanan logistik (LSP) BUMN. “Ini kami lakukan dengan menjadikan PosIND sebagai tuan rumah kemitraan untuk sinergi dan integrasi logistik BUMN dan kemudian tujuan kedua adalah keunggulan operasional melalui kemitraan dengan mitra global untuk meningkatkan kapabilitas manajemen dan operasional perusahaan,” kata Prasabri.


Lanjut Prasabri , selain kecukupan nilai ekonomi, peningkatan skalabilitas menjadi sangat penting untuk meningkatkan daya saing global. POSInd saat ini telah melakukan tiga tahapan sinergi antar sesama BUMN, berupa sinergi platform digital yang disebut GLID. “Platform ini memungkinkan untuk membangun rute-produk bersama antar moda, yang memungkinkan visibilitas aset antar LSP BUMN lebih terbuka sehingga bisa saling memanfaatkan tujuan,” jelas dia. Tahap kedua adalah sinergi aset untuk efisiensi dan optimalisasi aset dan yang terakhir adalah kepemilikan dmana ada peluang merger, akuisisi entitas badan usaha.


Saat ini industri logistik nasional memiliki 1,6 juta pelaku usaha dengan rata-rata pendapatan per LSP hanya Rp 3 miliar/tahun dibandingkan dengan negara-negara yang memiliki indeks kinerja logistiknya bagus, pendapatannya bisa mencapai Rp 80 miliar per tahun. Secara grup BUMN kondisinya juga serupa, dimana terdapat 35 LSP anak dan cucu BUMN sehingga double resources dan double investment menjadi tak terhindarkan. Kondisi industri seperti ini membuat standardisasi layanan menjadi rendah.


Menurut Prasabri , POSInd melakukan sinergi dan kolaborasi antar LSP dengan tetap menekankan pada aspek kualitas service level agreement, akuntabilitas berupa track and tracing, dan kompetitif. Menurut dia, POSInd memimpin sinergi dan integrasi logistik BUMN. Salah satunya adalah sinergi pasar antara perusahaan logistik BUMN dengan perusahaan BUMN nonlogistik. “Ini mendorong peningkatan pendapatan bagi POSInd dan logistik BUMN lain seperti KAI, PELINDO, ASDP, DAMRI, dan lain-lain. Kami juga mengukuhkan diri sebagai mitra logistik pemerintah, kemudian untuk kalangan UMKM, POSInd juga membentuk Gudang Konsolidasi UMKM,” pungkas Prasabri.


Dengan transformasi ini, lanjut Prasabri, POSInd di bawah kepemimpinan dirut Faizal Djoemadi, berhasil mencetak laba bersih terbesar sepanjang sejarah, yakni Rp 728 miliar pada tahun 2023. (Romo Kefas)

Komentar

Tampilkan

Terkini